Jadi ceritanya di lebaran tahun 2015 kemarin, gue dan cami memang berencana untuk ngomongin soal nikahan (ciyeee... akhirnya) ke keluarganya dia di malang. So, pergilah kami ke Malang naik kereta api (yess.. kereta men). Dan tanggapan dari ortunya dia pada saat kita diskusi adalah "yasuda disegerakan saja klo memang sudah ada niatnya" (yeyeye lalala...).
Lalu gue dan cami mulai diskusi soal kapan akan dilaksanakannya, mengingat keluarga kami yang sama2 di luar kota (dia di malang dan saya di kalimantan). Cami bilang harus minta dicariin tanggal dari orang2 tua menurut hitungan jawa biar nikahannya langgeng. Okeehh jadilah dia minta dicariin ke mbahnya dan gue minta nenek cariin berdasarkan hitungan kalender tiongkok (iyesss saya masih ada keturunan). Suatu hari didapatlah tanggal yang berdasarkan hitungan itu, yaitu 2 Oktober 2015 dan 16 September 2016. Heee.. yang satu terlalu deket (belum kekumpul duitnya... hiks) dan yang satu lagi kenaapaaa jauh sekaliii (hiks.. hikss..). Akhirnya setelah melalui perdebatan, negosiasi, berantem, diem2an, kami memutuskan untuk melaksanakan akad nikah di 2 Oktober 2015 (akad aja ya, belom resepsinya..).
Tapi masalah nyatanya ga cuma itu donk. Sekarang masalahnya tempat akadnya mau dimana. Di rumah atau di masjid atau malah gampangnya aja deh di KUA. Kan tiap tempat pasti ada plus dan minusnya. Misalnya kalau acara diadaain di:
*Rumah:
(+) gratisss.. ga perlu bayar sewa tempat, tinggal ijin sama pengelola perumahan aja.
(+) persiapan bisa jauh2 hari.
(+) tidak terikat waktu pelaksanaan acara (tamu bisa leha2..).
(- ) rumahnya jadi agak berantakan.
(- ) parkirannya agak susah, numpang2 di depan rumah tetangga atau agak jauhan dikit ke tanah kosong.
(- ) takut penghulunya nyasar.
*Masjid:
(+) penghulu ga takut nyasar.
(+) parkiran tersedia.
(+) semua peralatan sudah disediakan oleh pihak masjid.
(- ) waktunya terbatas, misal hanya 2 jam atau 3 jam. Apalagi acara gue itu hari jumat, pasti cuma boleh bentar karena harus persiapan sholat jumat.
(- ) ada biaya sewa dan lainnya.
(- ) ga bisa bikin prasmanan, jadi hanya nasi kotak (irit sihh.. hehe)
*KUA:
(+) GRATISSSS... ga perlu siapin apa2, yang penting datang aja bawa keluarga.
(- ) Yaaa... hanya muat buat keluarga kan, secara tempatnya agak imut2. hehehe...
The choices is your guys... Tapi kalau kita sih akhirnya memilih untuk acara akadnya di rumah saja. Supaya, buat yang mau menunaikan ibadah sholat jumat bisa pergi ke masjid dan bisa balik lagi untuk kumpul dan makan siang.
Setelah tanggal dan tempat selesai, maka masalah selanjutnya adalah duit (jeng... jeng... jeng...). Menikah di rumah itu sebenarnya sih ga perlu biaya gede2, pasti ada aja yang ngasi sponsor (duhh aminnn.. aminnn) tapi kita tetap menghitung biaya yang harus dikeluarkan untuk persiapannya. Kan ga mungkin bikin acara di rumah tapi rumahnya ga ditutup tenda, makanannya tetap nasi kotak, dan lain2. Berbekal pengalaman kerja cami di bidang EO dan otak kreatip gue (hahaha...) maka semua perintilan ini akan kami siapkan berdua saja tanpa minta bantuan keluarga (kan keluarganya jauh, jadi takut merepotkan). Kalau disiapkan berdua jadi lebih tau berapa budget yang harus disiapkan, mana yang over budget dan harus di review ulang dan mana yang on budget atau malah jadi ketahuan mana yang bisa minta gratisan.
Semua persiapan dari ngurus surat ke KUA, seserahan, cincin, busana dan tata rias akad, catering, dan mendekor rumah pun kami lakukan berdua. Ga exactly berdua banget sih, ada teman2 vendor yang bantu juga. Tapi tugas ngurusnya kita bagi dua biar jalannya lebih cepat. Yang paling bikin seneng selain acara akad nya yang sukses, juga budgetnya yang tetap on track. Tidak berlebihan dan tidak kekurangan (PAS!!!). Penting banget mengontrol budget disini karena sebenernya pengeluaran yang paling besar itu ada setelah nikahnya. Kita sih sebisa mungkin mulai dari akad sampe ke resepsi harus pake duit sendiri. Itu kenapa diatur sedemikian rupa supaya tidak terlalu over. Tapi nanti gue pasti review satu2 vendor yang ngebantu di acara akad sampai ke resepsinya.
Karena semuanya diurus berdua tanpa bantuan keluarga (capeng sekaligus wo..>_<), jadi kalau ditanya kapan capengnya istirahat atau perawatan diri? atau kan harusnya ga boleh ketemu, dipingit gtu... jawabannya adalah capengnya ga pake ritual perawatan diri dan di jam 1 dini hari aja (padahal akad di pagi hari jam 8) gue masih merangkai bunga dan cami masih masang2 tenda (hihihi...). Kita maunya acara akad ini sederhana tapi khidmat dan ga berantakan. Yah walopun masih ada kekurangan dikit2 di hari H, yang pasti kerja keras kita terbayar dengan pujian dari keluarga dan tamu yang datang. Ga nyangka aja dengan budget yang cukup di press tapi hasilnya tetap bagus dan memuaskan.
Jadi buat kalian yang ingin menikah tapi ngerasa berat di biayanya. Sebenarnya semua bisa diatasi, yang penting dari pihak wanita dan dari pihak pria harus tau dulu budget yang ada berapa dan apa saja harus dipersiapkan. Juga berdua harus mau saling bantu, jangan mikirnya hanya "kan cowoknya yang harus biayain semuanya". Nikah kan bedua berarti harus sama2 mengeluarkan biaya (duh.. maap klo ada yang tersinggung). Itu sih prinsip kita bedua, makanya kita ga ngerepotin keluarga dan mostly 99% budget dari kita bedua. Yang 1% nya itu sponsor dari keluarga. Selain biaya, waktu persiapannya pun bisa memicu terjadinya pertengkaran loh. Malah ada yang sampai ga jadi nikah dan itu juga hampir terjadi di kita. Tapi banyak2 doa, klo lagi berantem inget usaha yang sudah dilakukan sejauh ini, dan niat serta tujuannya menikah apa. Jangan cuma gara2 ga setuju sama warna tendanya trus ga jadi nikah (yaelahhh...). Nikah itu ibadah juga kan, menjauhkan dari perbuatan dosa. Dan yang penting juga harus siap lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar